15 November 2024; malam, adalah kali kedua kami duduk setengah melingkar di Warung Sastra. Dalam suasana mendung dan riuh beberapa orang yang menonton timnas di seberang jalan, kami melakukan “BAKAR” buku: Maksud Politik Jahat.
Om Joss duduk di tengah dan kami mengelilinginya. Kukuh, membuka obrolan dengan memperkenalkan dirinya juga beberapa rekan yang akan terlibat dalam obrolan nanti. Ia sekaligus yang pertama memaparkan pembacaan buku tersebut. Ia seolah “kesurupan” Ben Anderson, karena sering terbalik menyebut nama antara Joss dan Ben. Suasana seketika cair.
Dalam paparan singkat awal, Om Joss bertutur tentang perkenalan dengan Ben. Pemikiran Ben tentang politik. Juga pemahaman bahasa Ben yang dianggap sangat komprehensif. Kami semua tentu manggut2 saja.
Bagus selaku tuan rumah, mengatakan bahwa tidak cukup banyak buku yang membahas pemikiran suatu tokoh. Setidaknya dalam ruang lingkup display di Warung Sastra yang dikelolanya. Buku Om Joss, salah satu yang menarik dan perlu dibaca.
Bagus menekankan lebih dalam kemudian, ttg bab Kartini yang menarik perhatiannya. Om Joss menanggapi bahwa memang ada kesalahpahaman memahami Kartini. Hal sederhana yang terlihat, adalah seringnya kita mendengar kalimat “Habis gelap, terbitlah terang”. Padahal jika mengacu teks asli dalam konteks tulisan keseluruhan, itu bukanlah terjemahan yg pas. Om Joss membacakan sebagian part terjemahan versinya. Kami menyimak. Matanya sempat berkaca-kaca, mengingat bagaimana bahasa Kartini saat menulis.
“Hidup di luar tempurung”, adalah buku pertama yang mengenalkan Ageng dengan Ben Anderson. Ia merasa takjub karena kehidupan intelektual, ternyata bisa semenyenangkan itu. Sedangkan Om Joss, ia kenal mula-mula tulisannya dalam rubrik bahasa. Sebelum kemudian membaca juga fiksinya yang lain.
Rimba punya pertanyaan tak terduga selain tanggapan yang serius pada buku itu-apa makanan kesukaan Om Ben?😂
Om Joss menyebut beberapa kata dalam Bahasa Belanda dan membuat permisalan seperti perdu atau buah pepaya agar bisa kami pahami olahan makanan yg dimaksud.
Hal yang mengembirakan Om Joss mungkin karena teman-teman yang terlibat sudah terlebih dahulu membaca bukunya. Sehingga obrolan lebih mudah mengalir selain muncul pertanyaan-pertanyaan tak terduga. Kukuh menutup obrolan jam 22.00, namun kami semua baru mulai bubar jam 23.30.
Sampai jumpa kembali di BAKAR selanjutnya. Terima kasih Warung Sastra dan rekan-rekan yang terlibat dalam obrolan😃
Gambar diambil dari dokumentasi Warung Sastra