Lompat ke konten

Saga dari Bengawan Nil (Ekstase Lahirnya Masyarakat Mesiir Modern dalam Karya Najib Mahfuz) – St. Sunardi

Pembunuhan atas seorang penulis seperti Füda dipandang oleh para pendukung dan pejuang demokrasi sebagai ancaman terhadap kebebasan berpikir dan kebebasan berekspresi. Mereka sadari bahwa sasaran pelor para teroris adalah semua yang berbeda pandangan dengan, dan tidak tunduk pada, kediktatoran satu pandangan tunggal sebagai landasan masyarakat. Karena alasan ini, Najib Mahfüz mengingatkan pembacanya untuk kembali pada pertukaran gagasan alih-alih kekerasan dalam menangani perbedaan pandangan. Mengomentari pembunuhan Füda yang dia sebut sebagai “sahabat pribadi (sadiq iakhui), Mahfüz berkata: “Tidak ada alasan pembenar untuk agresi. Pembicaraan, bukan kekerasan, adalah cara menangani perbedaan pandangan Ukhilaf al-nay silah al-munaqaša wa-laisa al-nasás). Melalui dialog dan komunikasilah suatu masyarakat akan menyegarkan, memperbarui dirinya.

St. Sunardi

Posting artikel terkait

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara Resensi “Jangan Percaya Surat Palsu” oleh Linda Christanty Buku “Jangan Percaya Surat Palsu: Laporan Jurnalistik tentang Konflik di Maluku Utara,

Empat Setengah Jam di Punika

Bang Nezar Patria, menceritakan kembali hal-hal di balik tulisan yang menjadi salah satu yang paling sering diingat: Sejarah Mati di Kampung Kami. Ditulis delapan belas tahun lalu, saat ia masih wartawan muda. Saat itu, ia ditugaskan meliput kampung halaman pasca tsunami. Suasana dan aroma yang dirasakan di kampung halaman, melahirkan salah satu tulisan yang sangat personal dan kuat. “Kata teman-teman, artikel itu kerap menjadi salah satu contoh beberapa kelas menulis features. Saya merasa tersanjung”, katanya.

Kisah Inspiratif Penyintas

Memahami sejarah untuk menata masa depan yang lebih baik adalah sebuah tindakan sadar dan strategis yang perlu dilakukan oleh sebuah bangsa yang berkehendak maju dalam

Sign up for our email newsletter