Lompat ke konten

Eka Kurniawan tentang esai Tragedimu Komediku

“Di esai saya bisa menyederhanakan sesuatu dalam 500-600 kata. Itu sulit dilakukan di fiksi krna fiksi prlu sesuatu yg lbih detail. Lewat esai juga saya bisa menuangkan gagasan secara spontan.” Jawab mas Eka ketika moderator mbk @umamahnj mulai menanyakan perihal menulis esai.

4 September 2023, untuk pertama kali kami membincang buku “Tragedimu Komediku”. Kumpulan esai yang di tulis mas Eka di Jawa Pos kurun 2018-2022.

Obrolan dimulai pagi. Pukul 11 di PosBloc. Bersamaan dengan rangkaian acara @patjarmerah_id x @festivalbukuasia.

Di depan sekitar 50an orang, @dea.anugrah sebagai pembedah, turut menegaskan bahwa kekuatan mas Eka dalam esainya adalah story telling. Dan tulisan mas Eka, menjadi referensi bacaan ketika ia belajar menulis sekitar sepuluh tahun lalu.

Kemudian saat petang, obrolan berlanjut intim di @post_santa. Dengan 15 orang yang duduk berkeliling dan dipandu Teddy sebagai tuan rumah, mas Eka menceritakan kembali peristiwa yang kadang membuatnya tiba2 punya ide menuliskan esai. Sebab ia termasuk yang di akhir deadline, baru menuliskan esainya.

“Apa yang sedikit membedakan ketika saya menulis fiksi dan non fiksi adalah pada PoV. Di fiksi saya jarang menggunakan orang pertama, biasa orang ketiga. Sedangkan pada non fiksi lebih hybrid. Karena kadang kita semua walau berjarak dengan objek, tapi menjadi bagian di dalamnya”.

Kami turut senang bagi yang sudah membaca esai2nya. Karena masing2 dari mereka, menandai esai-esai mana yang disukai dalam buku ini.

Esai-esai mas Eka, memang merekam berbagai peristiwa. Yang terjadi di sekitar dan kemudian dituliskan utk mengajak pembaca turut merasakan peristiwa tersebut.

#pojokcerpen #tandabaca #bergembiradenganmembaca #tragedimukomediku

Sign up for our email newsletter