
BAKAR (Bahas Karya) Maksud Politik Jahat bersama Om Joss Wibisono
15 November 2024; malam, adalah kali kedua kami duduk setengah melingkar di Warung Sastra. Dalam suasana mendung dan riuh beberapa orang yang menonton timnas di
Salah satu keistimewaan dari buku ini adalah komposisi kelompok yang diwawancarai. Tiga dari lima perempuan di buku ini adalah eksil generasi pertama, sedang dua lainnya termasuk generasi kedua. Gejolak di tahun 1965-66 dan waktu awal keberadaan di negeri asing oleh generasi kedua dialami dari perspektif anak, yang lalu beranjak remaja. Sementara generasi pertama mengalami masa-masa yang penuh gejolak itu dari posisi dan dengan pengetahuan orang dewasa, yang harus mengambil keputusan berdasarkan tanggung jawab khusus yang dipikulnya, antara lain sebagai orang tua.
Asal-usul lima perempuan itu juga sangat beragam, ada yang sejak lama tinggal di wilayah perkotaan, ada yang berbasis di pedesaan. Salah satu ibu sewaktu bercerita sudah berusia 97 tahun dan bukan termasuk kelompok yang pada bulan Oktober 1965 sudah berada di luar negeri. Saat peristiwa na’as, ibu ini bertempat tinggal dan bekerja di Jakarta. Dia bahkan sempat meringkuk di penjara selama 8 bulan. Karena situasinya semakin berbahaya, dengan suami yang ditahan dan bahkan pada suatu hari dipindahkan dari penjara Salemba ke Nusakambangan tanpa proses apa pun, ibu ini atas bantuan orang tuanya minggat ke Belanda untuk menyelamatkan dirinya dan anak-anaknya.
– Artien Ultrech
15 November 2024; malam, adalah kali kedua kami duduk setengah melingkar di Warung Sastra. Dalam suasana mendung dan riuh beberapa orang yang menonton timnas di
“Di esai saya bisa menyederhanakan sesuatu dalam 500-600 kata. Itu sulit dilakukan di fiksi krna fiksi prlu sesuatu yg lbih detail. Lewat esai juga saya
6 Oktober 2022 – Cuaca cukup bersahabat sore itu. Dan orang-orang mulai berdatangan. Mengisi absensi-mengambil booklet-memesan minum-memilih tepat duduk. Beberapa haha hihi ketika bertemu
Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara Resensi “Jangan Percaya Surat Palsu” oleh Linda Christanty Buku “Jangan Percaya Surat Palsu: Laporan Jurnalistik tentang Konflik di Maluku Utara,
Bang Nezar Patria, menceritakan kembali hal-hal di balik tulisan yang menjadi salah satu yang paling sering diingat: Sejarah Mati di Kampung Kami. Ditulis delapan belas tahun lalu, saat ia masih wartawan muda. Saat itu, ia ditugaskan meliput kampung halaman pasca tsunami. Suasana dan aroma yang dirasakan di kampung halaman, melahirkan salah satu tulisan yang sangat personal dan kuat. “Kata teman-teman, artikel itu kerap menjadi salah satu contoh beberapa kelas menulis features. Saya merasa tersanjung”, katanya.
Memahami sejarah untuk menata masa depan yang lebih baik adalah sebuah tindakan sadar dan strategis yang perlu dilakukan oleh sebuah bangsa yang berkehendak maju dalam
WhatsApp us