Lompat ke konten

Membunuh Harimau Jawa

Dua mayat dengan tubuh terkoyak ditemukan di tepi Jembatan Merah yang tak kunjung selesai dibangun. Darah mereka masih segar, tapi jasad keduanya tak lagi utuh.

“Siapa pun yang melihat luka-luka itu akan langsung mengetahui sosok yang pantas dituduhkan sebagai pelaku, yaitu harimau.”

Peristiwa itu rupanya adalah permulaan dari berakhirnya status quo yang telah lama menyengsarakan warga Pajang.
Desa Pajang pada 1920-an ditinggali oleh tuan tanah zalim mantan bandar narkoba; Schouten yang membiarkan bandit-bandit berkeliaran; hingga jawara yang parangnya sangat enteng menebas pribumi tak patuh demi sang tuan tanah.

Posting artikel terkait

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara Resensi “Jangan Percaya Surat Palsu” oleh Linda Christanty Buku “Jangan Percaya Surat Palsu: Laporan Jurnalistik tentang Konflik di Maluku Utara,

Empat Setengah Jam di Punika

Bang Nezar Patria, menceritakan kembali hal-hal di balik tulisan yang menjadi salah satu yang paling sering diingat: Sejarah Mati di Kampung Kami. Ditulis delapan belas tahun lalu, saat ia masih wartawan muda. Saat itu, ia ditugaskan meliput kampung halaman pasca tsunami. Suasana dan aroma yang dirasakan di kampung halaman, melahirkan salah satu tulisan yang sangat personal dan kuat. “Kata teman-teman, artikel itu kerap menjadi salah satu contoh beberapa kelas menulis features. Saya merasa tersanjung”, katanya.

Kisah Inspiratif Penyintas

Memahami sejarah untuk menata masa depan yang lebih baik adalah sebuah tindakan sadar dan strategis yang perlu dilakukan oleh sebuah bangsa yang berkehendak maju dalam

Sign up for our email newsletter