Lompat ke konten

Risda Nur Widia

“Karyanya banyak dimuat di media lokal dan nasional. Penulis pernah juara 2 Sayembara Menulis Cerpen Tingkat Nasional Kategori Umum; Festival Sastra, Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada (2013).”
Risda Nur Widia. Lahir di Nusa Tenggara Barat pada 23 November. Alumni Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (2010). Kini melanjutkan studi Magister di Universitas Negeri Yogyakarta (2018). Penulis sekarang tinggal secara tetap di Yogyakarta. Karyanya banyak dimuat di media lokal dan nasional. Penulis pernah juara 2 Sayembara Menulis Cerpen Tingkat Nasional Kategori Umum; Festival Sastra, Keluarga Besar Universitas Gadjah Mada (2013), serta Nominasi Sepuluh Besar Menulis Cerpen Profetik Antar Mahasiswa se-Indonesia oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Bekerja sama dengan Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pengurus Pusat Muhammadiyah Jakarta (2013). Penerima anugerah Taruna Sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (2015). Bukunya Bunga-Bunga Kesunyian dan Tokoh Anda yang Ingin Mati Bahagia Seperti Mersault terpilih sebagai buku sastra terbaik Balai Bahasa Yogyakarta tahun 2016 dan 2017. Selain itu, penulis aktif di ruang diskusi OMES. Buku tunggalnya yang telah terbit adalah Bunga-Bunga Kesunyian (Penerbit Gambang Buku Budaya ,2015), Tokoh Anda yang Ingin Mati Bahagia Seperti Mersault (BasaBasi, Diva Press Grup, 2016), dan Igor: Sebuah Kisah Cinta yang Anjing (BasaBasi, Diva Press Grup, 2018). Penulis dapat disapa di Facebook: Risda Nur Widia; Instagram @Risdanur widia; Twitter @risdanurwidia.

Posting artikel terkait

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara Resensi “Jangan Percaya Surat Palsu” oleh Linda Christanty Buku “Jangan Percaya Surat Palsu: Laporan Jurnalistik tentang Konflik di Maluku Utara,

Empat Setengah Jam di Punika

Bang Nezar Patria, menceritakan kembali hal-hal di balik tulisan yang menjadi salah satu yang paling sering diingat: Sejarah Mati di Kampung Kami. Ditulis delapan belas tahun lalu, saat ia masih wartawan muda. Saat itu, ia ditugaskan meliput kampung halaman pasca tsunami. Suasana dan aroma yang dirasakan di kampung halaman, melahirkan salah satu tulisan yang sangat personal dan kuat. “Kata teman-teman, artikel itu kerap menjadi salah satu contoh beberapa kelas menulis features. Saya merasa tersanjung”, katanya.

Kisah Inspiratif Penyintas

Memahami sejarah untuk menata masa depan yang lebih baik adalah sebuah tindakan sadar dan strategis yang perlu dilakukan oleh sebuah bangsa yang berkehendak maju dalam

Sign up for our email newsletter