Lompat ke konten

Soesilo Toer

“Sejak usia 13 tahun dia sudah menulis segala ma­cam tulisan, dari cerpen sampai novel.”
Soesilo Toer adalah anak ketujuh pasangan Mastoer dan Siti Saidah ini lahir di Blora, Jawa Tengah, pada tanggal 17 Februari 1937. Sejak usia 13 tahun dia sudah menulis segala ma­cam tulisan, dari cerpen sampai novel. Beberapa kar­yanya diterbitkan dan dimuat secara bersambung di berbagai media cetak di ibukota. Buku-bukunya yang sudah terbit antara lain Komponis Kecil dan Cerita-cerita Lain (1963), Suka Duka si Pandir (1963) Pram dan Seks, Pram dan Seks 2, Pram dan Seks 3, Legenda Gunung Ke­mukus, Legenda Kedungombo, Puteri Sendang Wungu, Pram dari Dalam (Februari, 2013), Pram dalam Kelambu (Februari, 2015), Pram dalam Bubu (April, 2015), Kom­ponis Kecil Edisi Baru (Juli, 2015), Pram dalam Belenggu (Februari, 2016), Pram dalam Tungku (April, 2016), Dunia Samin (April, 2016), Anak Bungsu (April, 2017), Republik Jalan Ketiga (April, 2017), Indra Tualang si Doktor Kopi, (Juli, 2017), Kom­promi (September, 2017), Serigala (No­vember, 2017), Rona-rona (Bersama Koesalah Soebagyo Toer, Desember 2018). Buku-buku lain yang akan terbit di antaranya Pesta Sekolah (Dari Seri Henki si Raja Kober), Perjuangan Sebuah Lembaga Pendidikan, Renungan Milenia, Sang Komponis, Pantang Menyerah, Raja Gembul Kumpulan Cerpen Anak, Sampah-sampah Berserakan, Dari Blora ke Rusia, Dari Blora ke Siberia, dll. Buku yang dia sunting, antara lain, Kilas Sekejap ten­tang Sejarah Islam (Soetarmin Poerwo S. Dono, Pataba Press April 2015), Anekdot Moskow (Koesalah Soebagyo Toer; penyunting bahasa Rusia, Pataba Press; Februari, 2016), Surat dari Timur Jawa (Mohamad Ij, Pataba Press Maret 2016), N (Andre Tanama, SAE bekerja sama de­ngan Pataba Press; Mei, 2016), Cinta Pertama (Maxim Gorky, Pataba Press; Maret, 2017), Ibuku di Surga (Koe­salah Soebagyo Toer, Pataba Press; Maret, 2017), Eu­tanasia (Linda Tria Sumarno, Komunitas Kali Kening bekerja sama dengan Pataba Press; Juni, 2017), Kisah Harubiru Sang Pengoceh (Danang Pamungkas, Pataba Press; Agustus, 2017), Dalang Kentrung Terakhir (Joyo Juwoto, Komunitas Kali Kening bekerja sama dengan Pataba Press; Agustus 2017), Rindu Itu Berganti Hujan (Komunitas Kali Kening bekerja sama dengan Pataba Press; Agustus, 2017), Kulkas dan Tujuh Pohon Kelapa (Komunitas Kali Kening bekerja sama dengan Pataba Press; September, 2017). Dia menempuh pendidikan dasar di Blora, lalu pen­didikan menengah hingga tingkat diploma di Jakarta dan Bogor. Soesilo Toer menyelesaikan pendidikan tingkat master di Universitas Patrice Lumumba dan doktor di Institut Plekhanov Uni Soviet (sekarang Rusia) di bidang politik dan ekonomi. Dia menulis di­sertasi berupa kritik terhadap marxisme sekaligus ka­pitalisme, dengan mengajukan alternatif jalan ketiga: kearifan lokal. Setelah keluar dari tahanan Orde Baru, tanpa peng­adilan dan pembuktian atas kesalahannya, di hidup dan bekerja secara serabutan di Jakarta dan kemudian Be­kasi, Jawa Barat. Setelah rumah dan warungnya digusur, sejak tahun 2004 hingga kini dia tinggal di kota ke­lahirannya, mendirikan dan mengelola Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua Bangsa (Pataba) di rumah warisan keluarga besar Mastoer, Jalan Pra­moedya Ananta Toer nomor 40 Jetis, Blora, bersama sang istri, Suratiyem, dan anak semata wayang, Benee Santoso. Dia menanami pekarangan rumah seluas se­kitar 3.000 meter persegi dengan pohon jati dan segala tanaman yang menghasilkan untuk menghidupi kelu­arga, memelihara kambing, ayam, serta menjadi pemu­lung segala apa yang bisa ditemukan.

Posting artikel terkait

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara

Mengurai Sejarah Konflik Maluku Utara Resensi “Jangan Percaya Surat Palsu” oleh Linda Christanty Buku “Jangan Percaya Surat Palsu: Laporan Jurnalistik tentang Konflik di Maluku Utara,

Empat Setengah Jam di Punika

Bang Nezar Patria, menceritakan kembali hal-hal di balik tulisan yang menjadi salah satu yang paling sering diingat: Sejarah Mati di Kampung Kami. Ditulis delapan belas tahun lalu, saat ia masih wartawan muda. Saat itu, ia ditugaskan meliput kampung halaman pasca tsunami. Suasana dan aroma yang dirasakan di kampung halaman, melahirkan salah satu tulisan yang sangat personal dan kuat. “Kata teman-teman, artikel itu kerap menjadi salah satu contoh beberapa kelas menulis features. Saya merasa tersanjung”, katanya.

Kisah Inspiratif Penyintas

Memahami sejarah untuk menata masa depan yang lebih baik adalah sebuah tindakan sadar dan strategis yang perlu dilakukan oleh sebuah bangsa yang berkehendak maju dalam

Menulis Adalah Cara Saya Bermeditasi

Menulis adalah cara saya bermeditasi. Tiada satu hari pun yang sanggup saya pikul dan jalani jika saya tidak menulis. Menulis adalah cara saya bertahan hidup.

Pengalaman Menerjemahkan Cerita Kucing

KUCING! Ya, ampuuun! Kucing segala warna segala ras beragam polah! Dulu, semasa kanak-kanak, aku pernah fobia kucing; juga dua adikku. Untung fobia yang kuderita berakhir

Sign up for our email newsletter